Minggu, 01 Juli 2012
P E L U A N G BISNIS M E L A L U I USANA TERMAK AUAM B U K A N R A S K A S U S KEEURWWAN JAGAK14flSA J A T A S E L A T A N
R. Kurnia Achjadi 2 ,
Abdulgani A. Siregar 3 1
Amiruddin Saleh * )
Pembangunan peternakan terus dilanjutkan melalui
peningkatan usaha diversifikasi, intensifikasi ternak,
didukung oleh usaha pengembangan dan pemanfaatan ilmu penge-
tahuan serta teknologi. Perhatian khusus perlu diberikan
pada pengembangan peternakan rakyat dengan meningkatkan
peran koperasi serta keikutsertaan swasta. Pembangunan
peternakan dilakukan untuk meningkatkan pendapatan petani
peternak, mendorong diversifikasi pangan dan perbaikan mutu
gizi masyarakat serta mengembangkan ekspor (GBHN 1993).
Ayam bukan ras atau ayam lokal merupakan plasma nutfah
Indonesia yang sangat potensial untuk dikembangkan, secara
geografis populasinya menyebar hampir d i s e l u r u h pedesaan.
Tujuan pemeliharaan ayam buras di pedesaan hingga saat
ini masih beragam bergantung kepada keadaan sosial ekonomi
pemelihara serta keadaan lingkungan sekitarnya. Dari
berbagai pengalaman selama ini terlihat bahwa berbagai
pengaruh lingkungan melakukan interaksi membentuk kreativi-
tas, sikap dan motivasi pemeliharaan ayam buras.
Telah banyak dilakukan upaya pengembangan ayam buras
oleh Instansi terkait baik melalui INTAB, PKT, PPWT dan
sebagainya, yang bertujuan untuk meningkatkan gizi masyara-
k a t serta peningkatan pendapatan. Namun dalam pelaksa-
naannya sulit untuk dilakukan monitoring dan evaluasi keber-
hasilannya, walaupun program tersebut menggunakan sistem
bergulir (revolving).
Disampaikan pada Lokakarya Pengalaman Empirik Institut Pertanian
Bogor dalam Upaya Pengentasan Kemiskinan, LPM IPB, 1 0 Juli 1993.
2 , Staf Pengajar Jurusan Reproduksi dan Kebidanan Fakultas Kedokteran
Wewan IPB dan Sekretaris Pusat Pengembangan Wilayah LPM IPB.
3 , Staf Pengajar Jurusan Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veter-
iner Fakultas Kedokteran Hewan IPB can Kepala Pusat P3M LPM IPB
4 , Staf Pengajar Jurusan Sosial .Ekonomi Peternakan Fakultas Peternakan
d a n Sekretaris Pusat P3M LPM IPB Dalam upaya menelusuri potensi produksi serta aspek
ekonomi ternak ayam buras sebagai bagian dari program per-
baikan gizi masyarakat sekaligus pengentasan kerniskinan,
perlu dikaji sampai sejauh mana ternak ayam buras dapat
diandalkan sebagai upaya untuk meningkatkan pendapatan
masyarakat kecil, keterpaduan antara komponen petani peter-
nak, proses produksi dan pemasaran dalam wadah Unit Ekonomi
Desa yang mengarah k e bentuk koperasi.
11. G M B A B A N P R O G R m P E N G E M B A N G A N A U A M B U R A S
Y m G D I L A K U K W LPM IPB S E L PELITA V
Kegiatan usaha ayam buras yang dilakukan oleh LPM IPB
merupakan kegiatan penunjang dalam dinamika kegiatan perta-
nian atau masyarakat desa/kota lainnya, yang diarahkan
kepada perbaikan teknologi, perbaikan sumberdaya manusia
melalui pendekatan skala usaha yang lebih ekonomis, d a n
merupakan pengisian program kerjasama terutama dengan
Pemerintah DT I1 Kabupaten Bogor, Sukabumi dan DKI Jakarta.
2.1. Lokasi Program
Perkembangan lokasi (wilayah) program pemeliharaan ayam
buras sejak tahun 1987 sampai tahun 1992 terlihat pada
Tabel 1..
Tabel 1. Perkembangan Lokasi Pemeliharaan Ayam Buras
1987-1992
_ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ - - _ _ - _ - - - - - - - - - - - _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ - _ _ _ _ - - - - - _ _ - - - - - - - - - - -
Tahun Anggaran Lokasi
1987/1988 Kecamatan
1988/1989 Kecarnatan
Kecamatan
1989/ 1995 Kecamatan
1990/1991 Kecainatan
1991/1992 Kecamatan
1992/ 1993 Kecamatan
1992/ 1993 Kecamatan
Parungpanjang, Kab. Bogor
Sagaranten, Kab. Sukabumi
Kalapanunggal, Kab. Sukabumi
Sagaranten, Kab. Sukabumi
Sagaranten, Kab. Sukabumi
Cisolok, Kab. Sukabumi
jaqakarsa, DKI Jakarta
Dramaga, Kab. Bogor 2.2. Keterkaitan Program
Program usaha ayam buras terkait dengan wawasan pro-
gram, antara lain:
a. Program Pengembangan Wilayah Lahan Kering Secara Terpadu
b. Program Pengembangan Desa Pantai
c. Program Pasea KKN
2.3. Pendekatan Program
Sebagai modifikasi dari bentuk program ayam buras yang
telah dilakukan oleh instansi terkait, maka LPM IPB mencoba
melakukan upaya pemeliharaan ayam buras melalui berbagai
pendekatan, antara lain:
2.3.1. Pendekatan Teknis
Perbaikan pola pemeliharaan ayam buras melalui aspek
pernilihan bibit, bentuk kandang, pola pemberian
pakan, manajemen pemeliharaan anak ayam dengan teE-
nologi pisah dini, pemanfaatan teknologi induk
buatan (mesin tetas) dan aspek pencegahan penyakit.
2.3.2. Pendekatan Aqribisnis
- Penerapan skala usaha yang efisien dan Pembinaan
pelembagaan. Dalam ha1 ini diperlukan hitungan yang
cermat dengan nilai tambah yang tidak utopi.
Melalui pendekatan ini secara utuh dilakukan peruba-
han ratio penyebaran bantuan ayam buras yaitu 100
ekor betina dan 10 ekor jantan, yang dikelola oleh 5
orang anggota warga masyarakat dalam bentuk kelompok.
- Bantuan sarana produksi terutama kandang, pakan
selama 2-3 bulan dan pencegahan penyakit terutama MD
selama 2 periode vaksinasi.
- Aspek pemasaran melalui petani peternak yang telah
maju mengusahakan ayam buras, atau langsung k e konsu-
men masyarakat pengguna sebagai konsumen akhir, baik
berupa konsumen lembaga (seperti: jamu gendong,
penjual bubur ayam, dan sebagainya) maupun konsumen
individu (rumah tangga).
Bila perhitungan butir (1) dan (2) sudah ada standar-
nya, pihak Bank atau sponsor lain fkalangan Pemerintahl
Swasta) meyakini standar itu, tentunya harus bisa
mengeluarkan kredit/bantuan permodalan.
Secara umum Tahap pembinaan kepada kelompok ternak ayam
buras mengikuti alur Pola Pemeliharaan Ayam Buras, yang
ilustrasinya adalah sebagai berikut: PROSES PRODUKSI
Lahan dan Air
Sumberdaya Manusia
Pembinaan Instansi Terkait
, *
Budidaya (pakan, pencegahan penyakit,
breeding, dsb)
Dana
Limbah dan lingkungan
P A S C A PRODUKSI
Pengembangan Usaha/Pemasaran
Pasca Panen
Pengembangan Kegiatan Kelembagaan
*
*
Gambar: Alur Pola Pemeliharaan Ayam Buras
2 . 3 . 3 . Pendekatan Terpadu
Dari berbagai pengalaman menunjukkan bahwa pemeliharaan
ayam buras dari segi teknis saja tidaklah cukup, se-
hingga memerlukan aspek pendekatan lain baik berupa
ekonomi, sosial dan kelembagaan. Unsur manusia dalam
kelembagaan mengarah kepada kerjasama kelompok dalam
berbagai bentuk, seperti kelompok tani, pemuda, PKK,
Pesantren dan sebagainya, yang diharapkan dapat meng-
kait dengan wadah formal yang telah lama ada d i desa
melalui azas kerjasama dan kekeluargaan (koperasi).
2 . 4 . Evaluasi Program
Bentuk evaluasi program ayam buras yang dilakukan oleh
LPM I P B selama ini berdasarkan kepada tujuan yang telah
ditetapkan, meliputi evaluasi proses, evaluasi hasil serta
dampak.
Namun dalam pelaksanaannya bentuk evaluasi ketiga di
atas sulit dilakukan secara utuh oleh berbagai faktor, baik
teknis maupun non teknis.
Dari segi dampak yang mudah terlihat adanya perubahan
dalam cara pemeliharaan ayam buras, terutama aspek perubahan
bentuk kandang yang sudah mulai tertata baik, pemberian
pakan, penerapan teknologi pisah dini dan teknologi alat
penetasan buatan yang telah diadopsi, serta keinginan memba-
yar program vaksinasi ND secara teratur. LOU. P E M U E M T A U M K E M I S K I M A M - M K L 9: 126
Peningkatan serta penurunan populasi ayam buras d i
setiap anggota kelompok mudah diamati, hanya saja berapa
besar pertumbuhan pendapatan (segi ekonomi) terutama untuk
setiap individu anggota kelompok memerlukan waktu dan kecer-
matan perhitungan.
111. K A S U S B E R U S A W A T E R N A K A U A M B U R A S DI J A G A K A R S A
Implementasi program pembinaan berusaha ternak ayam
bukan Ras (buras) yang dilakukan oleh Lembaga Pengabdian
kepada Masyarakat Institut Pertanian Bogor dilokasi binaan
di kabupaten DT. I 1 Bogor, Sukabumi, dan wilayah D K I Jakarta
secara umum telah menerapkan pola pendekatan program terpadu
seperti yang dijelaskan di atas. Berikut ini akan dipaparkan
lebih detail Upaya Membina Karang Taruna melalui Pemelihara-
an Ayam Buras di kelurahan Jagakarsa kotamadya Jakarta
Selatan, sebagai contoh kasus. Proyek PPM (Pengabdian kepada
Masyarakat) di Jagakarsa ini merupakan kerjasama Lembaga
Pengabdian kepada Masyarakat IPB dengan Biro Bina Pemerinta-
han Pemda D K I Jakarta.
Pertama-tama dilakukan upaya penjajagan k e Pemda D K I
Jakarta untuk menentukan lokasi mana yang memungkinkan
dilakukannya paket program pembinaan berusaha ternak ayam
buras tersebut, dilihat dari segi potensi dan peluang yang
menunjang usaha itu, serta dilihat dari segi tata ruang
pembangunan wilayah.
3.1. Perumusan masalah
Setelah terpilih kelurahan Jagakarsa kecanatan Jagakar-
sa sebagai l o k a s i b i n a a n , maka upaya identifikasi dan peru-
musan masalah mulai dilakukan. Studi penjajagan kedua
berupa analisa potensi daerah (lahan dan sumberdaya manusia)
serta wawancara tokoh dan masyarakat (Formal dan Informal)
di kelurahan Jagakarsa diperoleh informasi sebagai berikut:
(1) banyaknya anggota keluarga yang putus sekolah (lepas
SLTP/SLTA] yang belum tertampung oleh lapangan pekerjaan
yang ada,
(2) potensi lahan (tanah pekarangan) yang belum dimanfaatkan
optimal,
(3) peluang pasar yang meaungkinkan berusaha ternak ayam
buras,
(4) kualitas sumberdaya manusia (kelompok anggota keluarga
usia produktif) yang relatif rendah, tercermin dari
tingkat pengetahuan, keterampilan dan kemampuan
penguasaan teknologi dan berusaha ternak ayam buras yang rendah (terlihat dari data pre-test saat dilakukannya
Penyuluhan dan Pelatihan Beternak Ayam Buras tanggal 2 4
Desember 1992) ,
(5) pembinaan kelompok dan kelembagaan pemuda (Karang
Taruna) masih terasa kurang, yang terlihat dari belum
terorganisasi atau terbentuknya kelompok tersebut.
Dari perumusan masalah di atas, kemudian disusun suatu
program kegiatan usaha peternakan ayam buras sebagai salah
satu cabang usaha kelompok.
Pembinaan awal berupa upaya pembentukan dan pembinaan
kelompok pemuda putus sekolah k e dalam wadah kelompok karang
taruna tani Jaya Satria Muda. Keiompok karang taruna tani
yang telah disyahkan oleh Sudin Peternakan Jakarta Selatan
ini beranggotakan 19 orang, dengan karakteristik sebagai
berikut: sebagian besar berjenis kelamin laki-laki ( 7 9 % ) ,
berusia rata-rata 21 tahun, kedudukan dalam keluarga umumnya
sebagai anak (95%). Hanya 37% peserta yang belum memiliki
pengalaman beternak ayam buras, sedangkan 63 persen lainnya
pernah beternak ayam buras walaupun yang mengurusnya adalah
orang tua mereka atau saudara. Sifat usaha umumnya masih
sambilan ( 9 5 % ) ' dimana cara pemeliharaannya umumnya dilepas
dan masuk kandang jika malam atau ayam dilepas tanpa kandang
sama sekali (83%). Lalu kebiasaan memberi makan ayam,
umumnya hanya dilakukan pagi hari saja (86%).
3.2. Tuiuan dan manfaat keqiatan
Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan pemahaman ke-
giatan usaha peternakan ayam bukan ras bagi khalayak sasaran
strategis yakni pemuda putus sekolah sehingga mereka akan
terdorong untuk membuka bisnis usaha peternakan ayam buras
sebagai sumber pendapatan.
Eeberapa manfaat yang akan diperoleh dari kegiatan ini
adalah:
1. Neningkatkan populasi ayam buras sehingga dapat memenuhi
kebutuhan komoditi hasil ternak lokal atau lintas wi-
layah.
2. Terbentuknya kelompok peternak ayam buras yang menguasai
IPTEK dalam rangka peningkatan kualitas pengelola usaha
tani.
3. Terkelolanya lahan usaha tani lebih produktif dan efisien
dan atau tertatanya kawasan usaha t?..n,; yang akan memu-
dahkan melakukan pembinaan.
4. Terciptanya lapangan kerja dan kesemp2tan berusaha mela-
lui usaha peternakan ayam buras yang dapat meningkatkan
pertumbuhan ekonomi masyarakat. 3.3. Inovasi Teknoloqi vans diperkenalkan
Inovasi teknologi usaha peternakan ayam buras yang
diperkenalkan kepada anggota kelompok karang taruna tani
J a y a S a t r i a Mu d a , rneliputi:
a. teknologi pemilihan bibit ayam buras yang baik.
b. teknologi pisah dini dalam penanganan pemeliharaan anak
ayam.
c. pola pemberian pakan dengan memanfaatkan ransum komersial
dan juga nasi sisa limbah rumahtangga.
d. pemberian pakan dan air minum secara a t . l i b i t u m .
e. model perkandangan yang semi terkurung (semi intensif).
f. sistem perkawinan yang periodik dengan menempatkan ayam
pejantan dan betina dalam satu kandang, dengan rasio
Jantan dan Betina = 1 : 10; dan memandikan induk ayam
yang telah menjalani fase bertelur.
g. sistem penetasan dengan alat bantu penetasan buatan; dan
h. pencegahan penyakit terutama Tetelo/ND, dengan mengajar-
kan cara vaksinasi ND serta pengambilan spesimen darah.
Dalam merubah perilaku sasaran pembinaan yang rneliputi
upaya peningkatan kawasan kognitif, afektif dan psikomotorik
dilakukan dengan cara penyuluhan dalam bentuk kursus di
rumah Pembina karang taruna tani J a y a S a t r i a Muda (runah Pak
Damai), pelatihan cara vaksinasi dan pengambilan spesimen
darah ayam untuk menguji kadar antibodi dalam darah ayam
tersebut, serta demontrasi pembuatan dan penggunaan alat
bantu penetasan buatan.
Pembinaan dan pengembangan lebih lanjut adalah merenca-
nakan secara rutin untuk menghadiri pertemuan kelompok
karang taruna tani Binaan, yang diselenggarakan setiap
bulan. Hal ini dilakukan untuk memberikan konsultasi, bila
kelompok karancj taruna tersebut mengalami kesulitan dalam
berusaha ternak ayam buras.
3.4. Hasil yans telah dicapai
Beberapa hasil yang telah dicapai dari kegiatan ini
adalah:
1. Bertambahnya pengetahuan peserta dalam usaha peternakan
ayam buras.
2. Terbentuknya wadah berkumpul pemuda putus sekolah dalam
orqcnisasi Karang Taruna Tani Jaya Satria Muda.
3 . Adanya satu unit usaha peternakan ayam buras sebagai
sunber pendapatan bagi anggota/organisasi Karang Taruna.
4. Terbinanya hubungan kelembagaOan antara Karang Taruna
dengan Dinas terkait.
5. Pemanfaatan waktu para pemuda untuk kegiatan-kegiatan
yang produktif. Adanya penambahan pengetahuan peserta Binaan yang
diungkapkan pada ..butir 1 di atas, dapat dilihat dari
perilaku mereka dalam beternak ayam buras. Dimana sebelum
dilakukan pembinaan terungkap bahwa persepsi mereka terhadap
berusaha ternak ayam buras adalah:
(1) hanya sebagai usaha sambilan,
(2) sebagian besar menganggap bahwa ternak ayam (buras)
tidak perxu diberi minun, dan makanan bisa dicari sen
diri dengan jalan ayam dilepas (dikencarkan),
(3) mengenai penyakit ayam, hanya 22 persen peserta Binaan
yang menyatakan mengerti tentang ha1 itu, dan umumnya
hanya tahu penyakit berak kapur dan tetelo, dengan ciri-
ciri lemas atau lumpuh.
(4) bila ditanya lebih jauh tentang pernah melakukan vaksi-
nasi ND, maka hanya 16% yang pernah melakukan; dan itu-
pun dilakukan oleh petugas dari Sudin Peternakan atau
oleh Pak Eko sebagai KTNA Peternakan di kelurahan mereka.
Setelah dilakukan penyuluhan dan pelatihan cernyata
minat dan motivasi mereka cukup tinggi untuk berusaha ternak
ayam buras, lebih-lebih setelah memahami pasar dan prospek-
nya .
Keterampilan mereka dalam melakukari vaksinasi N D pun
baik. Mereka tidak perlu lagi menunggu petugas atau Pak Eko
untuk melakukan vaksinasi, tetapi mereka cukup menghubungi
Sudin Peternakan atau mengontak LPM-IPB untuk mendapatkan
vaksin dan kemudian mereka melakukan vaksinasi sendiri.
Setelah tujuh bulan pembinaan berjalan hasil usaha
beternak ayam buras tersebut sudah mencjgembirakan. Dimana
hasil produksi telur setiap bulan mulai bulan April 1993
sudah mencapai 35%. ini berarti kelompok sudah mulai bisa
memanfaatkan keuntungan berusaha ternak ayam buras, untuk
membantu kelancaran program-program kegiatan karang taruna
lainnya. Analisis usaha beternak ayam buras tersebut bisa
dilihat pada tabel 2.
3.5. Rekomendasi
Agar pembinaan dan pengembangan kelompok karang taruna
tani Binaan tersebut dapat terus bersinambung serta semakin
mantap dan dinamis, maka upaya pembinaan kelompok oleh
Petugas (PPL) setempat harus terus digalakkan dan selalu
dipantau, tetapi jangan sampai menciptakan ketergantungan
kzlompok dengan pembina kelompoknya.
Aspek modal memegang peranan penting dalam pengadaan
sarana proses produksi dan perluasan usaha bisnis peternakan
ayam buras, Untuk itu perlu uluran tangan Pemerintah/Swasta
dalam membantu permodalan bagi peternak/kelompok ternak yang
termasuk kategori miskin. Aspek pemasaran telor hasix usaha peternakan ayam buras
d i kelurahan. Jagakarsa ini pun perlu pula mendapatkan perha-
tian serius. Ada baiknya "Jamu gendongv sebagai kelompok
konsumen lembaga turut dikenai penyuluhan dan pembinaan.
Tabel 2, Analisis Biaya Usaha Peternakan Ayam Buras
(Skala 100 ekor) tiap bulan
............................................................
............................................................
No. Uraian Jumlah (Rupiah)
A. P e n g e l u a r a n :
1. Pembelian 100 ekor @ Rp 10.000,-
2. Biaya kandang @ Rp 4.000,-
3. Biaya pakan @ Rp 30/hari/ekor
4. Tenaga @ Rp G/hari/ekor
5. Penyusutan kandang @ Rp l/hari/ekor
Jumlah Modal Awal . . . . . . . . . . . . . . . . . .
(Satujuta limaratus
=Rp 1.000.000, -
=Rp 400.000,-
=Rp 90.000,-
=R? 18.000,-
=Rp 3.000,-
-----------------
. . . .=Rp 1.511.000,-
sebelas ribu rupiah)
B . P e n d a p a t a n :
Hasil produksi telur tiap bulan (35%) dengan harga telur
per butir Rp 230,- : 30 x 5 x Rp 230,- = R p . 241.500,-
C. P e n e r i m a a n :
Hasil produksi bersih tiap bulan adalah : Rp. 241.500,-
- Rp 111.000,- (Biaya pakan, tenaga dan penyusutan
kandang) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . * . .= R p P 130.500,-
-
------- - - - - - - -
I V , P R O S P E R DAN - T I S I P A S 1 PROGRAM P E M G E K R A N G M A Y A H B U R A S
P A D A P E L I T A V I ( P J P T 1 1 )
Strategi Pembangunan Jangka Panjang Tahap I1 (PJPT 11),
dititikberatkan pada peningkatan kualitas sumberdaya manusia
dengan tetap memanfaatkan potensi sumberdaya alam serta
pelaksanaan program secara berkesinambungan.
Peningkatan kualitas tersebut antara lain ditandai
dengan menurunnya jumlah penduduk yang hidup di bawah garis
kemiskisan serta meningkatnya tingkat pendidikan usaha
sekolah dan pemuda. Untuk itu orientasi pembangunan di
Pelita VI, masih dititikberatkan pada peningkatan pendapatan
masyarakat (petani) yang ada di pedesaan. Dari berbagai pengalaman selama Pelita V , memperlihat-
kan kepada kita bahwa ayam buras masih merupakan komoditi
ternak yang memiliki prospek yang baik untuk dikembangkan.
Namun berbagai hal yang menyangkut aspek agribisnis, biotek-
nologi serta kelembagaan memerlukan perhatian kita semua,
Beberapa ha1 yang memerlukan penataan dalam usaha ayam
buras, antara lain:
1. Populasi per anggota keluarga/kelompok (ratio pemilikan).
2. Bentuk bantuan dan kerjasama antara pemerintah/swasta dan
kelembagaan terkait, dalam menyediakan aspek permodalan.
3. Aspek budidaya.
4 . Aspek pengolahan dan pemasaran.
5. Peranan Organisasi Fungsional dan Wadah Koperasi.
6 . Penelitian bioteknologi (bibit, pakan, dsb).
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar